Teringat saat pertama kali mendengar istilah “difabel”, kata baru yang membuatku penasaran untuk mencari tahu apa artinya. Ternyata difable adalah sebutan untuk orang (maaf) cacat. Astaghfirullah, sedikit terketuk hati ini saat aku tak sengaja membaca beberapa perjuangan hebat para kaum difabel.
Hati ini berucap syukur terus menerus, mensyukuri atas raga yang lebih sempurna dari mereka, tangan yang bisa aku gerakkan semuanya, kaki yang sanggup menopangku berjalan, semua indra yang masih berfungsi baik. Alhamdulillah.
Teringat saat dulu aku melihat sosok laki-laki separuh baya, tubuhnya sangat kecil, kakinya (maaf) pincang, dan salah satu tangannya tak bisa difungsikan dengan baik. Sedikit ketidakpercayaan saat aku melihat sosok itu berada di depanku, rasa sombongku membuatku meremehkan dia sejak pertama kali ku lihat bayangannya hadir di mataku. Bagaimana mungkin dia yang seperti ini bisa berarti untuk masa depanku?? Sebuah pertanyaan yang membuatku sadar bahwa ternyata mereka (kaum difabel) terkadang jauh lebih baik dari kita yang sempurna. Ya, sosok laki-laki itu adalah guruku.
Beliau masuk ke dalam kelas dengan sedikit terpincang, serentak seisi kelas diam, kami memperhatikan sosok itu berkali-kali dengan semua umpatan di hati masing-masing. Sampai sosok ini memperkenalkan diri, tak satupun dari kami yang bersuara. Pelajaran berlangsung dengan singkat. Kuperhatikan betapa susahnya dia harus duduk dan berdiri, kemudian menulis di papan tulis. Ahh, maafkan pikiran jelekku saat itu pak.
Pelajaran usai, dan saat sosok itu berlalu dari kelas kami, ku dengar semua umpatan-umpatan jelek yang sejak tadi tersimpan keluar semua. Tak sedikit teman-temanku yang dengan leluasanya mengeluarkan semua pikiran-pikiran buruk tentang sosok itu. Hmm, saat dimana sosok itu menjadi bual-bualan oleh aku dan juga teman-temanku.
Esoknya saat aku menemani kakakku menghadiri sebuah seminar, aku terbengong saat melihat sosok mini itu berada di urutan pembicara. Pembicara utama di seminar itu adalah guru yang kemarin menjadi bahan omongan aku dan teman-temanku. Tergagap aku tak percaya, mengucek mataku berkali-kali sampai akhirnya aku sadar kalo ini bukanlah mimpi. Ya Allah, ternyata dia lebih tinggi dari yang aku kira selama ini.
Saudaraku, entah sudah beberapa kali kita memandang para kaum difabel dengan sebelah mata. Tapi mereka semua tak sama, mereka bukan hanya yang kalian di lihat meminta-minta belas kasihan orang. Coba kalian lihat mereka yang berjuang untuk melawan apa yang mereka tak bisa sampai akhirnya mereka lebih hebat dari yang mereka rasakan.
Kalian tahu saudaraku, nabi kita, Musa As, beliau adalah manusia yang tidak sempurna, beliau cedal, karena saat beliau masih kecil, saat Fir’aun hampir membunuhnya, Allah menyelamatkan dia dengan cara menuntun Musa kecil untuk memilih api dan memakannya. Subhanallah, seorang Musa, manusia yang tidak sempurna dalam berbicara adalah nabi kita. Itulah bukti bahwa Allah tidak mengukur baik tidaknya seorang hamba dari fisik.
Kalian ingat Bilal saudaraku?? Sosok yang mungkin sempurna, tapi dia adalah laki-laki yang hitam, jelek parasnya, dan hanyalah seorang budak. Dia yang disiksa sampai saat akhir hidupnya karena selalu melantunkan "Allahu Ahad, Allahu ahad...". Tapi dari sosok yang buruk rupa itu, Nabi kita menjadikannya sebagai sahabatNya. Dan kalian tau saudaraku, ketika hukum syariat adzan diperintahkan oleh Allah orang yang pertama kali disuruh oleh Rasulullah untuk mengumandangkannya adalah Bilal bin Rabah. Subhanallah, suaranya sangat merdu saudaraku.
Ini adalah beberapa kehebatan dan keistimewaan dari kaum difabel. Mulailah untuk meninstropeksi diri sendiri saudaraku, apakah kita sudah lebih baik dari mereka. Mereka yang tidak sempurna saja bisa melakukan lebih diatas kekurangannya, sedangkan kita, apa kah kita sudah melakukan yang terbaik dibandingkan mereka.
Saudaraku, mereka “kaum difabel” tidak meminta untuk dilahirkan seperti itu. Kalau mereka boleh meilih, mereka pasti ingin untuk terlahir sempurna seperti kita. Tapi itulah bukti keadilan Allah, Allah memberi mereka kelebihan untuk menutupi kekurangan mereka, karena manusia adalah makhluk ciptaan terbaik Allah.
Ayo saudaraku, berikan senyum termanis kalian untuk mereka. Bantu mereka untuk mengeluarkan kelebihan yang tersimpan di diri mereka. Bantu mereka untuk memperjuangkan kesetaraan dalam kehidupan bermasyarakat, karena mereka sama dengan kita. Karena dari mereka, kita akan lebih banyak belajar untuk mensyukuri hidup. :)
Hati ini berucap syukur terus menerus, mensyukuri atas raga yang lebih sempurna dari mereka, tangan yang bisa aku gerakkan semuanya, kaki yang sanggup menopangku berjalan, semua indra yang masih berfungsi baik. Alhamdulillah.
Teringat saat dulu aku melihat sosok laki-laki separuh baya, tubuhnya sangat kecil, kakinya (maaf) pincang, dan salah satu tangannya tak bisa difungsikan dengan baik. Sedikit ketidakpercayaan saat aku melihat sosok itu berada di depanku, rasa sombongku membuatku meremehkan dia sejak pertama kali ku lihat bayangannya hadir di mataku. Bagaimana mungkin dia yang seperti ini bisa berarti untuk masa depanku?? Sebuah pertanyaan yang membuatku sadar bahwa ternyata mereka (kaum difabel) terkadang jauh lebih baik dari kita yang sempurna. Ya, sosok laki-laki itu adalah guruku.
Beliau masuk ke dalam kelas dengan sedikit terpincang, serentak seisi kelas diam, kami memperhatikan sosok itu berkali-kali dengan semua umpatan di hati masing-masing. Sampai sosok ini memperkenalkan diri, tak satupun dari kami yang bersuara. Pelajaran berlangsung dengan singkat. Kuperhatikan betapa susahnya dia harus duduk dan berdiri, kemudian menulis di papan tulis. Ahh, maafkan pikiran jelekku saat itu pak.
Pelajaran usai, dan saat sosok itu berlalu dari kelas kami, ku dengar semua umpatan-umpatan jelek yang sejak tadi tersimpan keluar semua. Tak sedikit teman-temanku yang dengan leluasanya mengeluarkan semua pikiran-pikiran buruk tentang sosok itu. Hmm, saat dimana sosok itu menjadi bual-bualan oleh aku dan juga teman-temanku.
Esoknya saat aku menemani kakakku menghadiri sebuah seminar, aku terbengong saat melihat sosok mini itu berada di urutan pembicara. Pembicara utama di seminar itu adalah guru yang kemarin menjadi bahan omongan aku dan teman-temanku. Tergagap aku tak percaya, mengucek mataku berkali-kali sampai akhirnya aku sadar kalo ini bukanlah mimpi. Ya Allah, ternyata dia lebih tinggi dari yang aku kira selama ini.
Saudaraku, entah sudah beberapa kali kita memandang para kaum difabel dengan sebelah mata. Tapi mereka semua tak sama, mereka bukan hanya yang kalian di lihat meminta-minta belas kasihan orang. Coba kalian lihat mereka yang berjuang untuk melawan apa yang mereka tak bisa sampai akhirnya mereka lebih hebat dari yang mereka rasakan.
Kalian tahu saudaraku, nabi kita, Musa As, beliau adalah manusia yang tidak sempurna, beliau cedal, karena saat beliau masih kecil, saat Fir’aun hampir membunuhnya, Allah menyelamatkan dia dengan cara menuntun Musa kecil untuk memilih api dan memakannya. Subhanallah, seorang Musa, manusia yang tidak sempurna dalam berbicara adalah nabi kita. Itulah bukti bahwa Allah tidak mengukur baik tidaknya seorang hamba dari fisik.
Kalian ingat Bilal saudaraku?? Sosok yang mungkin sempurna, tapi dia adalah laki-laki yang hitam, jelek parasnya, dan hanyalah seorang budak. Dia yang disiksa sampai saat akhir hidupnya karena selalu melantunkan "Allahu Ahad, Allahu ahad...". Tapi dari sosok yang buruk rupa itu, Nabi kita menjadikannya sebagai sahabatNya. Dan kalian tau saudaraku, ketika hukum syariat adzan diperintahkan oleh Allah orang yang pertama kali disuruh oleh Rasulullah untuk mengumandangkannya adalah Bilal bin Rabah. Subhanallah, suaranya sangat merdu saudaraku.
Ini adalah beberapa kehebatan dan keistimewaan dari kaum difabel. Mulailah untuk meninstropeksi diri sendiri saudaraku, apakah kita sudah lebih baik dari mereka. Mereka yang tidak sempurna saja bisa melakukan lebih diatas kekurangannya, sedangkan kita, apa kah kita sudah melakukan yang terbaik dibandingkan mereka.
Saudaraku, mereka “kaum difabel” tidak meminta untuk dilahirkan seperti itu. Kalau mereka boleh meilih, mereka pasti ingin untuk terlahir sempurna seperti kita. Tapi itulah bukti keadilan Allah, Allah memberi mereka kelebihan untuk menutupi kekurangan mereka, karena manusia adalah makhluk ciptaan terbaik Allah.
Ayo saudaraku, berikan senyum termanis kalian untuk mereka. Bantu mereka untuk mengeluarkan kelebihan yang tersimpan di diri mereka. Bantu mereka untuk memperjuangkan kesetaraan dalam kehidupan bermasyarakat, karena mereka sama dengan kita. Karena dari mereka, kita akan lebih banyak belajar untuk mensyukuri hidup. :)
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan bahasa persatuan, bahasa Indonesia.. ^_^