20 October 2010

ku tunggu senyum indahmu di ujung malamku, bu.. :)



Tak pernah terbayangkan olehku akan ada tambahan satu wajah mungil lagi di keluargaku. Ibuku dengan umur 42 tahun ternyata masih bisa menampung janin mungil di rahimnya. Kaget, tak pernah terbayangkan kalo berita itu ternyata menjadi kenyataan. Terbayangkan beberapa bulan yang dulu saat ada rekan keluargaku mendapatkan keajaiban yang sama, tapi ternyata keluarganya tidak begitu berkenan atas sosok mungil yang tak berdosa. Terbayangkan betapa berat cobaan yang harus ditanggung perempuan itu, ketika dia sangat membutuhkan support dari orang-orang terkasihnya, dia harus mendapatkan tatapan sinis dari mereka atas hal yang sebenarnya tidak dia inginkan juga. Butuh waktu yang lama sampai akhirnya suami dan anaknya bisa dengan ikhlas menemaninya melewati masa-masa sulit kehamilannya.

Tak ada yang harus dipersalahkan atas kehamilan wanita terindahku, ini adalah sebuah rezeki dari Allah untuk keluarga kami. Berusaha dengan ikhlas aku mencoba untuk tersenyum dan memberikan semangat ketika aku tahu bahwa di dalam perut itu bakal ada calon adikku. Aku yang saat ini berusia 19 tahun, adikku 17 tahun, dan saat ini juga sebenarnya sudah ada peri kecil yang menjadi penghias keluarga kami, cucu ibuku, anak dari mbakku yang saat ini berusia 14 bulan. Sebenarnya wajar dengan kehamilan itu, ibuku masih muda dan ayahku juga masih gagah untuk bisa mengurus satu putra lagi. Tapi tetap saja kehamilan itu membuatku hari-hariku sedikit gelisah karena sudah termasuk dalam kehamilan resiko tinggi.

Teringat beberapa malam yang lalu ketika aku bertemu dengan salah satu sahabat lamaku, ku ceritakan kebahagiaan ini padanya. Dan kalian tahu saudaraku, ternyata aku malah melihat seraut kesedihan dari wajahnya. Dia teringat akan mendiang ibunya, ibu yang harus mempertaruhkan nyawanya demi adik yang saat ini tidak bersama dirinya. Ibunya yang dulu berusia sama dengan ibuku, ternyata tidak kuat untuk mempertaruhkan 2 nyawa sekaligus, ibunya meninggal dalam keadaan syahid, subhanallah.

Saudaraku, aku percaya kalau hidup dan mati adalah urusan Allah, ketetapan yang sudah Allah tentukan untuk kita sebelum kita lahir ke dunia. Tapi sejak mendengar berita itu, kadang aku sangat takut untuk membayangkan perut ibuku yang sebentar lagi akan kempes, takut untuk saat-saat dia berjuang demi dia dan buah hatinya. Aku belum siap atas takdir buruk saudaraku, astaghfirullah.

Akhir-akhir ini kulihat sosok perempuan yang dulu ceria ini terlihat agak sedikit lemah. Tapi dia berusaha terlihat kuat, karena dia tak ingin kami khawatir akan kondisinya. Subhanallah, begitu aku sangat mencintaimu bu. Kau berusaha untuk melawan semua rasa yang harusnya bisa kau nikmati demi mengurus kami. Jarang ku lihat kau tidur menikmati semua rasa mual ataupun lelah atas pengaruh bayimu, kau tetap saja bekerja untuk keluargamu. Aku selalu berusaha untuk membuatmu selalu bahagia, tapi kadang apa yang aku lakuin itu semua sia-sia karena aku merasa kalau aku tak sedikitpun meringankan bebanmu.

Saudaraku, saat ini ibuku sudah memasuki masa kehamilan terakhirnya, beberapa hari lagi tepat 9 bulan sudah janin itu terjaga di rahimnya. Saat-saat yang terberat baginya akan datang. Meskipun sudah ada 3 nyawa yang berhasil dia selamatkan, tapi tetap saja yang terakhir ini berbeda dan spesial. Aku tak pernah berdoa semoga ibuku mendapatkan yang terbaik, karena hatiku menangis ketika aku berdoa seperti itu. Aku berdoa semoga engkau selamat bu, berdoa semoga Allah selalu melimpahkan kesehatan dan keselamatan untukmu.

Aku membutuhkan doa kalian saudaraku, doakan agar ibu dan adikku selamat. Karena satu hal yang sangat aku takutkan adalah aku tak bisa melihat senyum mentariku saat pagiku datang. Aku selalu berusaha untuk meminta supaya Allah memberikan aku kekuatan lebih, tapi tetap saja aku terasa sangat lemas ketika tiba-tiba tak sengaja aku memikirkan hal itu. Hanya wajah itu, dan cuma wajah itu yang selalu hadir di ujung malamku, menemaniku untuk mengadukan semua kegelisahanku kepada penciptaku. Sakit rasanya ketika wajah itu hadir tanpa senyum di wajahnya, seolah bagai cambuk untukku. Saat malamku datang, aku selalu berharap senyum itu yang datang di ujung malamku, senyum terhangat dari pelita hidupku. Aku selalu merindukan senyum itu, senyum yang selalu memberikan energi dan inspirasi indah untukku. Senyum yang selalu menjadi air mata kebahagiaanku.

Saudaraku, kalian lihat perempuan tua yang ada di samping kalian. Perempuan tua yang sudah menyerahkan seluruh hidupnya demi melihat senyum dan keberhasilan kalian. Peluklah dia saudaraku, peluklah ibumu. Saat kau masih bisa untuk menciumnya, jangan pernah membuat mutiaranya jatuh karena kesal akan sifat dan sikap kalian.

Saudaraku, selamanya kita tak akan pernah bisa membalas semua yang telah ibu kita berikan. Pikirkan seberapa sering kalian berpikir tentang balas budi untuk beliau, tapi kita tetap saja tak akan pernah sanggup untuk membalas budinya. Mungkin sekarang kalian sudah menjadi ibu saudaraku, tapi tetap saja kalian pasti akan merasa kecil dan malu ketika membandingkan kalian yang dipanggil ibu dengan dia yang di panggil nenek oleh anak-anak kalian.

Saudaraku, saat Allah belum mengambil dia kembali. Tak ada yang lebih indah dari hidup ini selain bisa membuatnya selalu bahagia. Cium sayang untuk perempuan terindah kalian saudaraku. Katakan padanya kalau kalian sangat sangat sangat mencintainya, dan sampaikan salam hangatku untuk perempuan yang telah mengantarkan saudara-saudara ku sampai dengan keadaan seperti ini. Terimakasih.

2 comments:

  1. Subhanallah,,
    Insya Allah semua akan baek2 z,, Amin,,, Ya Rabb..
    Oke,, :-)

    ReplyDelete
  2. dhe juga berharap gitu set..

    amin.. insya Allah..
    thx.. :)

    ReplyDelete

Berkomentarlah dengan bahasa persatuan, bahasa Indonesia.. ^_^