“Kenapa sih harus pake batik??” tanyaku kesal sambil melempar undangan yang baru saja kubaca.
Sari memungut undangan bermotif batik yang sudah tergeletak dilantai, dan kemudian balik membaca isi dari undangan tersebut. Undangan untuk menghadiri gathering bulanan dari salah komunitas penulis yang ada di kotaku.
“Bagus dong pake batik. Batik sekarang tu sedang jadi trend De, wajar lah kalau mereka juga memakai tema batik untuk gathering kali ini. Karena batik itu bukan pakaian yang formal lagi, dan semua orang juga pasti punya batik.” Jawab Sari santai.
Aku makin bersungut mendengar jawaban sahabatku. Semua punya batik?? Ya semua, kecuali aku. Ntah kenapa aku sama sekali tak tertarik dengan jenis bahan pakaian satu itu. Meskipun katanya batik itu adalah warisan budaya dan sudah diakui oleh dunia, tapi tetap saja aku masih tak tertarik untuk memakainya.
“Hmm, aku tahu kenapa kamu kesel gini. Jangan bilang kalo kamu nggak punya batik!!” ancam Sari tiba-tiba.
Setengah kaget aku mendengar tebakan dari Sari, hingga aku pun tak bisa berbohong padanya. “Batik yang aku punya cuma ada satu Sar. Dan kamu tahu, aku tu jelek banget kalo pake batik, badan aku jadi terlihat lebih besar. Ntahlah, kayaknya batik itu nggak cocok untukku.”
Sari tertawa ngakak mendengar pengakuanku. “Dea,, Dea,, ternyata kamu itu ndeso banget ya.” ledeknya sambil terus tertawa.
Aku memanyunkan mulutku sambil memandang sinis ke arah sahabatku yang tengah puas menertawaiku. “Ok, bilang saja aku katrok, bilang saja aku ndeso. Tapi kenyataannya memang seperti itu Sar, aku tu nggak cocok pakai batik. Semua modelnya itu menurutku jadul dan nggak ada yang pas dengan badan aku yang lebar ini.” Balasku kesal.
Mempunyai berat badan yang hampir mencapai 100 kg memang bukanlah impian setiap gadis di muka bumi ini, termasuk denganku. Tapi apa aku bisa protes?? Kenyataan ini sudah lebih dulu aku terima sebelum aku tahu apa itu yang namanya berontak. Sejak kecil aku sudah gendut, dan sepertinya memang seumur hidup aku tak akan pernah bisa menjadi kurus.
“Udah deh, sekarang mending kamu ikut aku aja. Yuk!!” tanpa mendapatkan persetujuan dariku terlebih dulu, Sari langsung menarik tangaku menuju motor matic kesayangannya.
***
“Coba deh yang ini,” Sari menyodorkan sebuah dress batik cantik ke arahku.
Aku menatap sekilas dress batik bermotif kupu-kupu di tangan Sari, dan dengan cepat aku pun langsung menggelengkan kepalaku. “Kenapa??” tanya Sari heran.
“Kamu nggak liat lengan aku yang gede gini. Kalo aku make dress lengan pendek kayak gitu, tangan aku jadinya tambah bengkak Sar.” Jawabku pasrah.
Sari pun langsung melemparkan pandangannya ke seluruh pakaian yang ada di toko Batik Indonesia ini. Mendadak dia pun berlari mengambil salah satu blouse ungu dengan motif bunga titik melayang, dan langsung menyodorkan ke arahku.
Lagi-lagi aku menggeleng. “Aku nggak suka modelnya Sar. Kalo aku make blouse lengan panjang kayak gitu kesannya jadi kayak formal banget, dan aku nggak suka. Kamu tahu lah style aku gimana, aku kan orangnya santai banget.”
Sari tak patah semangat, dalam sekejap dia sudah bersama dengan salah satu pegawai toko Batik Indonesia. Dan kemudian sambil melemparkan senyum ke arahku, dia mengikuti langkah pegawai toko tersebut.
“Kalo yang ini kamu pasti nggak bakal nolak De,” kata Sari sambil tersenyum nakal ke arahku.
***
Aku memberanikan diri masuk ke dalam gedung acara. Mataku menyapu pelan seluruh ruangan yang sudah seperti pasar batik tersebut. Cantik, semua orang yang kulihat ternyata sangat modis dan gaya dengan batik yang mereka kenakan. Mereka semua terlihat percaya diri, lebih tepatnya seperti sedang berlomba-lomba untuk memamerkan batik terbaik yang mereka punya.
“Hei De, kok bengong sih.” Mendadak Sari mengagetkanku dengan sebuah pukulan yang cukup keras dipundakku.
Aku tersontak kaget dan langsung menatapnya kesal, dia suka sekali mengagetkanku.
“Udah nggak boleh marah, ntar nggak cantik lagi lho.” Canda Sari sambil tertawa.
“Penampilanku gimana sih??” tanyaku masih dengan sedikit tidak percaya diri.
“Cantik kok De, serius. Bukannya ini gaya kamu seperti biasa, jeans, kaos dan jaket. Kenapa masih nggak PD??” Sari balik bertanya.
Aku menatap sekilas bayanganku dicermin yang tepat berada disampingku. Ya, Sari benar. Ini adalah gaya berpakaianku seperti biasa, hanya saja kali ini jaketnya jauh lebih bagus dari jaket yang biasa kukenakan. Perpaduan warna hitam dan merah di bolero yang sedang kukenakan memang membuat penampilanku jadi lebih modis, terlebih lagi motif kembang pagar yang tidak terlalu ramai makin membuat penampilanku jadi terkesan sedikit feminim dari biasanya.
“Batik itu sudah banyak modelnya De. Asalkan kita bisa memilih warna dan juga model yang sesuai dengan badan kita, maka batik akan membuat penampilan kita jadi lebih menarik. Contohnya kamu, meskipun simple, tapi bolero batik ini sudah membuat kamu jadi terkesan lebih feminim dan modis hari ini.” Sari kembali meyakinkanku dengan senyum.
Aku balas tersenyum, dan kemudian tanpa ragu langsung melangkahkan kakiku masuk lebih dalam dan berbaur dengan para tamu undangan yang lain. Dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan oleh Sari, batik bukanlah lagi pakaian yang terkesan jadul. Model, motif dan berbagai pilihan warna yang kemarin sudah kulihat sendiri di toko Batik Indonesia, semakin menyadarkanku bahwa batik memang salah satu warisan budaya yang pantas mendunia.
Berbagai macam corak tradisional yang terlukis jelas di batik benar-benar menjadi sebuah bukti bahwa Indonesia memang kaya akan budaya. Keindahan dan nilai etnik yang terkandung didalamnya, membuat batik pantas disebut sebagai pakaian khas Indonesia. Saat ini, ntah kenapa mendadak aku ingin sekali mempunyai banyak baju batik. Karena menurutku, memakai batik sama saja dengan melestarikan warisan budaya Indonesia.
“Eh, kamu kenapa senyum-senyum sendiri??” tanya Sari heran yang melihatku tersenyum sambil memandang sekelilingku.
“Pulang dari sini, beli batik lagi yuk??” ajakku sambil tersenyum lebar kearahnya.
Disertakan pada lomba Blog Entry bertema Batik Indonesia, kerja sama Blogfam dan www.BatikIndonesia.com
*91'91*
hidup batik...HIDUP...
ReplyDeleteBatik tuh pas banget buat acara apa aja :) *bangga berjiwa budaya bangsa*
ReplyDeletetak doakan semoga menang ya....
ReplyDeleteBatik kan cantik Tante...
ReplyDeleteDija suka batik juga
iwan >> hidup iwan!! (eh?) :D
ReplyDeleteherry >> iya, dan karena itu tidak ada alasan untuk tidak menyukai batik.. :)
kang abi' >> terimakasih kang ^^
dija sayang >> iya sayang, tante juga suka batik kok.. ini kan hanya cerpen, biar yang pada gk suka batik jadi suka batik setelah baca ini..
aku juga suka bnget sm batik,motifnya nda mati gaya...Indonesia banget...
ReplyDeletehuallah, setelh 2 kali gagal, akhirnya bisa buka lapakmu dee..
sukses ya buat kontesnya^___^
sekarang batik sdh keren2 loh motifnya, sdh di modifikasi dlm berbagai motif desain, kalo dulu batik identik dgn kondangan dan orang tua, skrg dari anak TK udh pake batik, utk sekolah ataupun ngantor cakep
ReplyDeletelipi >> gk bisa komen di gamazoe ya?? belum tahu tips dan trik nya nih :p
ReplyDeletesukses juga untuk lipi.. thx dah ke lapaknya dhe.. :)
kang insan >> iyaa kang.. gara2 bikin cerpen ini juga, dhe jadi pengen punya koleksi batik.. :D
salam gan ...
ReplyDeletemenghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
di tunggu kunjungan balik.nya gan !