5
April 2013
Satu
minggu yang lalu…
Perjalanan ke kota itu
terasa sangat lama dan cukup melelahkan, tidak seperti biasanya. Keberadaanmu
yang tiba-tiba di kota itu membuatku cukup khawatir. Ntahlah, aku seperti
seorang ibu yang sedang mengkhawatirkan anaknya yang tengah berada di kota
asing yang terkenal dengan tingkat kriminalitas yang tinggi. Padahal kau bukan
anak-anak lagi, tapi ntah kenapa aku masih amat sangat khawatir. Berulang kali aku
menanyakan posisimu, memastikan bahwa kau aman di kota itu.
Hingga akhirnya
perjalanan panjang yang aku tempuh berakhir sore itu. Di pusat keramaian, aku
terus paksakan kaki yang cukup lelah melangkah untuk terus menuju ketempatmu.
Sedikit gugup, ketika akhirnya untuk kesekian kali kita bertatap muka lagi.
Tapi lewat sentuhan tanganmu, kau merubah kegugupan itu menjadi sebuah
kenyamanan. Dan memang, bisa bersama lagi denganmu adalah sebuah kenyamanan
yang selalu aku rindu. Terimakasih, terimakasih karena sudah datang ke kota itu
satu minggu yang lalu.
6
April 2013
Satu
minggu yang lalu…
Kita akhirnya bisa
menghabiskan satu hari bersama. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain,
menyaksikan ramainya kota yang cukup panas. Bercengkrama, berbagi rasa dan
meluapkan rindu yang sudah tersimpan lama bagi kita.
Kau ingat, siang itu
kita belanja bersama. Sepasang sepatu yang tak sengaja kita beli, menjadi
sedikit tanda bahwa kau ternyata suka berbelanja juga. Aku sempat
memperhatikanmu yang tengah asik memperhatikan tumpukan sepatu didepanmu, kau
terlihat lucu. Dan ketika akhirnya kau memilih sepatu bermerk Fila itu, aku
sempat menangkap ekspresi tidak yakin dari SPG yang melayanimu, laki-laki kurus
yang tak seberapa tinggi dengan setelan jeans, kaos bola dan sandal jepit.
Hahahahaha, ternyata kau jauh lebih cuek dari aku.
Hari itu cukup
melelahkan bukan?? Bahkan hatimu pun cukup lelah ketika aku mencoba jujur
tentang dia setelah kita sama-sama menikmati Madre sore itu. Aku tahu, kau
cukup kecewa. Aku tahu, kau marah. Tapi terimakasih, hari itu kau berusaha
untuk bersikap jauh lebih dewasa menghadapiku. Dan akhirnya, senja hari itu
kita habiskan dengan duduk bersila santai di pinggiran sungai sambil mengamati
jembatan kebanggaan kota itu. Hmm, moment satu minggu yang lalu itu benar-benar
membuat aku semakin sering merindukanmu.
7
April 2013
Satu
minggu yang lalu…
Rasanya hari itu aku
enggan membuka mata, enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Berharap kalo
hari itu mundur beberapa jam saja, memberikan waktu lebih untuk kita supaya
kita bisa lebih lama mengukir cerita secara nyata. Tapi tak mungkin, hari itu
malah seolah lebih cepat dari biasanya. Dan aku, aku yang ternyata harus lebih
dulu meninggalkanmu lagi dikota itu.
Ingin sekali berontak,
ketika hanya bisa memandangmu dari kaca yang sudah membatasi kita.
Memperhatikanmu yang enggan pergi sebelum kendaraanku yang melaju
meninggalkanmu. Taukah kau, rasanya sedih sekali. Sedih, ketika akhirnya aku
hanya bisa melihat punggungmu yang terus menjauh dan kemudian hilang ditengah
keramaian. Aku tak bisa membohongimu, aku memang masih amat sangat merindukanmu
saat itu.
Dan hari ini, hari
terakhir aku bisa mengingatmu satu minggu yang lalu. Aku susun kembali serpihan
kenangan kita yang bisa aku kenang lewat susunan kata yang mungkin akan ada
orang lain yang membacanya. Rindu itu ternyata tidak berkurang setelah kita
bertemu satu minggu yang lalu, malah terasa semakin kuat sekarang.
Saat ini, di baris
terakhir aku mengenangmu. Aku berhasil tersenyum, ketika tak sengaja aku
mengingat kebiasaanmu yang memencet hidungku kuat ketika tengah gemas melihat
tingkahku. Ah sayank, harus berapa puluh minggu lagi yang kuhabiskan untuk bisa
menahan rindu?? Cepatlah kembali, asa kita sudah semakin tak sabar untuk segera
diukir. Dan untuk kebersamaan kita satu minggu yang lalu, terimakasih.
Terimakasih karena kau masih percaya, terimakasih karena kau tetap ngeyel untuk datang ke kota itu. Aku
mencintaimu.
.:: Ditulis dalam hujan, 14 April 2013, #SatuMingguYangLalu ::.
*91’91*
ijin baca dan simak dahulu
ReplyDelete